-
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
-
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
-
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
-
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
-
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Selasa, 27 Desember 2011
Kisah Imam Ahmad bin Hanbal
Selasa, 15 November 2011
Sholat Istikhoroh
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ (رواه البخاري)
Jumat, 11 November 2011
Walaupun Terusir, Muslim Palestina Geliatkan Syiar Islam di Tanah Israel
Kamis, 10 November 2011
Apakah Salafi itu Sesat?
Dimanakah Para Pemuda Muslim?
Waktu-waktu Shalat
Mengerjakan shalat pada waktunya termasuk amalan yang paling dicintai oleh Allah. Sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu kepada Sa’ad bin Iyas. Beliau berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amal apakah yang paling dicintai Allah ‘Azza wa Jalla?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya” kemudian aku berkata, “Kemudian apa?”. Beliau berkata, “Berbakti kepada kedua orang tua”. Kemudian aku berkata, “Kemudian apa?”. Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah” (HR. Bukhari [527] dan Muslim [85]).
Hadits di atas mengandung dorongan agar menjaga shalat di waktu-waktu yang telah ditentukan untuk melakukannya. Sedangkan yang dimaksud shalat pada waktunya adalah mengerjakannya di waktu yang telah ditentukan, dan tidak mesti di awal waktu sebagaimana pendapat sebagian ulama. Adapun orang yang shalat di luar waktu seperti karena tertidur atau lupa, maka tidak termasuk amalan yang paling dicintai, meskipun amalan itu juga dicintai (diringkas dari Fath al-Bari 2/13, dengan sedikit tambahan dari Syarah Nawawi, 2/153). Oleh sebab itu al-Bukhari rahimahullah membawakan hadits di atas di bawah judul bab ‘Keutamaan shalat pada waktunya’ di dalam Kitab Mawaqit ash-Shalah (lihat Sahih al-Bukhari cet. Maktabah al-Iman, hal. 122)
Waktu-waktu Terlarang Untuk Shalat
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Ada tiga waktu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami dari mengerjakan shalat dan menguburkan orang yang mati diantara kami di waktu tersebut : yaitu ketika matahari mulai terbit hingga meninggi, ketika bayangan tepat dibawah benda hingga matahari tergelincir dari tengah-tengah, ketika matahari condong ke arah barat akan tenggelam hingga tenggelam (HR. Muslim [831]).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan alasan larangan ini yaitu karena ketika matahari terbit ia berada di antara dua tanduk syetan, dan ketika matahari tepat di atas kepala api jahannam sedang dinyalakan, sedangkan ketika matahari tenggelam ia berada diantara dua tanduk syetan, dan ketika itulah orang-orang kafir bersujud. Shalat yang terlarang dilakukan pada waktu-waktu tersebut adalah shalat sunnah mutlak yang tidak memiliki sebab, sehingga di waktu itu boleh mengerjakan shalat bagi orang yang mau mengqadha’ shalat yang terlewatkan baik itu shalat sunnah maupun shalat wajib, atau shalat sesudah wudhu, dan shalat tahiyatul masjid (diringkas dari al-Wajiz, hal. 64-66).
Sekedar Untuk Mengingat
Beberapa saat yang lalu seorang teman bercerita, mengenai kabar saudara-saudaranya yang dulu sama-sama pernah duduk di majelis ilmu untuk menimba ilmu agama. Cukup memprihatinkan, rata-rata teman yang dia sampaikan beritanya ternyata telah mengalami perubahan drastis dari keadaan mereka sebelumnya. Mereka dahulunya, adalah para pemuda yang rajin mengikuti majelis ilmu dan duduk mendengarkan ceramah agama. Bahkan, beberapa di antara mereka adalah mantan tokoh-tokoh penggerak kegiatan dakwah di kampusnya. Tragis, gelar aktifis yang dulu mereka sandang kini telah berubah drastis.
Jenggot di dagu terpangkas habis, celana yang dulu diangkat di atas mata kaki -yang menandakan pengagungan terhadap Sunnah Nabi- kini telah terjurai menyentuh bumi, sosok yang dulunya sangat menjaga hubungan dengan perempuan non mahram kini telah terseret dalam aktifitas pacaran -bahkan dengan perempuan beda agama [!]-, pemuda yang sebelumnya akrab dengan majelis ilmu agama kini telah hanyut dalam dunia lain yang melalaikan dirinya dari tujuan hidupnya. Aduhai, semoga Allah mengembalikan mereka ke jalan-Nya…
Saudaraku, mengingat akan nikmat hidayah yang diberikan Allah kepada kita merupakan perkara yang sangat penting dan banyak dilalaikan oleh manusia. Padahal, kita tahu bahwa semua kebaikan yang ada pada diri kita pada hakekatnya adalah anugerah dan karunia dari Allah ta’ala, sebuah nikmat yang harus kita syukuri dan kita senantiasa mohon kepada Allah agar meneguhkan kita di atas petunjuk dan bimbingan-Nya. Bukannya membuat kita malah menjadi sombong dan berubah menjadi hamba yang tidak bisa berterima kasih kepada Rabbnya. Perkara ini sudah sangat jelas sehingga semua orang niscaya bisa memahaminya dengan izin Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan senantiasa mengingat kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian kufur/ingkar.” (QS. al-Baqarah)
Allah ta’ala mengingatkan kita untuk senantiasa meminta tambahan petunjuk dan keteguhan agar kita bisa menjalani kehidupan dunia yang penuh dengan coba ini di atas rel yang semestinya. “Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus.” Dalam sehari semalam tujuh belas kali kalimat ini kita ucapkan, yang menunjukkan betapa besar kebutuhan kita terhadap pancaran cahaya petunjuk dan bimbingan-Nya. Kalaulah Allah tidak menunjuki kita, maka kita akan tenggelam dalam berbagai kegelapan yang berlapis-lapis. Kegelapan dosa, kegelapan bid’ah, kegelapan syirik, atau bahkan kegelapan kemunafikan yang menjalar ke berbagai sikap dan perilaku hidup kita. Sehingga dengan kegelapan yang demikian pekat itu, kita tidak bisa melihat kebenaran sebagaimana mestinya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah keluarkan mereka dari bebagai kegelapam menuju cahaya. Adapun orang-orang kafir maka penolong mereka adalah thaghut, yang akan mengeluarkan mereka dari cahaya menuju berbagai kegelapan.” (QS. al-Baqarah). Maka tidak ada orang yang selamat dari kegelapan-kegelapan ini kecuali orang yang diberi taufik oleh Allah untuk tegar dalam menghadapi ujian, tidak tergoda dan terlena oleh kepalsuan dunia, tidak goyah oleh gemerlap kemewahan, dan senantiasa mengingat bahwa hidupnya di alam dunia ini hanyalah sejenak. Yang digambarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam layaknya seorang pengendara yang singgah di bawah sebatang pohon kemudian pergi meninggalkannya.
Orang yang cerdas tentu tidak akan menjadikan pohon yang akan tumbang itu sebagai tempat tinggalnya, dia akan melanjutkan perjalanannya dan tidak terlena oleh sejuknya angin maupun rindangnya dedaunan. Karena perjalanannya masih jauh dan membutuhkan perbekalan yang cukup untuk mencapai tujuan dalam keadaan selamat. Saudaraku, cukuplah bagi kita firman Allah ta’ala (yang artinya), “Berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” Siapkanlah bekalmu wahai saudaraku, sebelum mulut terkunci dan sekujur tubuhmu menjadi kaku…
Buatlah Hatiku Tenang, Wahai Jarir! (Sebuah Nasehat untuk Ulil Abshar)
Hadits yang agung ini menyimpan berbagai mutiara hikmah, di antaranya:
Anjuran untuk mengirimkan utusan yang menyampaikan kabar gembira berupa keberhasilan penaklukan musuh dan yang semacamnya (lihat Syarh Muslim [8/99]). Hadits ini juga menunjukkan anjuran untuk memberikan kabar gembira kepada sesama muslim yang dapat membuat hatinya senang, sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal yang populer itu.
Kesenangan dan kebahagiaan jiwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya adalah dengan berjayanya tauhid dan tumbangnya syirik. Maka perhatikanlah hal ini baik-baik wahai saudaraku terutama para da’i,… Hendaknya kita berupaya untuk meneladani mereka. Betapa besarnya perjuangan mereka -generasi salaf- dalam mendakwahkan tauhid ke berbagai penjuru dunia. Yang hal itu menunjukkan kepada kita bahwa yang menjadi cita-cita tertinggi perjuangan mereka adalah agar umat manusia menyembah kepada Allah saja dan mengingkari thaghut/sesembahan selain Allah. Bukankah Allah telah menegaskan tujuan agung ini dalam firman-Nya (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyeru; sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl: 36). Sehingga dakwah tauhid itulah yang menjadi ruh perjuangan mereka, bukan dakwah menuju kekuasaan ataupun kesejahteraan ekonomi, apalagi tendensi untuk meraih simpati duniawi semua umat beragama! Camkan hal ini baik-baik, wahai para pemuda!
al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih melelahkan bagi hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan keberadaan sosok pujaan selain Allah ta’ala yang dipersekutukan dengan-Nya -dalam hal ibadah-.” (Fath al-Bari [7/671] pdf). Maka hal ini mencerminkan kebencian dan keresahan yang amat mendalam pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena bercokolnya kemusyrikan di atas muka bumi ini. Tentunya hal ini sangat bertolak belakang dengan sikap sebagian orang yang dijuluki sebagai cendekiawan Islam dan ‘kelompok pembaharu’ (baca: JIL dan antek-anteknya) yang sangat tidak suka apabila rasa kebencian terhadap syirik dan pelakunya itu ditanamkan dalam hati umat Islam. Tidakkah kita ingat, wahai pembaca yang budiman.. indahnya firman Allah ta’ala (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya. Yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian dan telah tampak jelas adanya permusuhan dan kebencian antara kami dengan kalian, untuk selama-lamanya sampai kalian mau beriman (beribadah) kepada Allah semata…” (QS. al-Mumtahanah: 4). Maka ambillah pelajaran, wahai ulil abshar (orang yang punya pikiran)…!
al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Di dalam hadits ini terkandung ajaran yaitu disyari’atkannya melenyapkan sesuatu yang memicu merajalelanya fitnah/keburukan bagi manusia, baik yang berujud bangunan atau selainnya; apakah dia tergolong jenis manusia, binatang, atau bahkan benda mati.” (Fath al-Bari [7/673] pdf). Di antara pemicu fitnah terbesar di negeri ini yang harus [segera] dilenyapkan adalah keberadaan Jaringan Islam Liberal beserta segala institusi yang mereka bangun untuk mempropagandakan kesesatan mereka. Mudah-mudahan pemerintah negeri ini -semoga Allah membimbing mereka- bisa segera mengambil tindakan demi keselamatan akidah kaum muslimin, Allahumma amin. Demikian juga tindakan ini mestinya diberlakukan kepada semua penebar fitnah kekafiran dan kemusyrikan di mana saja. Hal ini mengisyaratkan pentingnya pemerintah kaum muslimin untuk memahami akidah yang benar dan berjuang mempertahankannya dengan kekuasaan yang mereka miliki.
Ajaran untuk menjinakkan hati suatu masyarakat dengan mengangkat orang sebagai pemimpin bagi mereka yang dia itu adalah berasal dari masyarakat itu sendiri (putra daerah) (Fath al-Bari [7/673] pdf).
Keutamaan pasukan penunggang kuda di dalam peperangan (Fath al-Bari [7/673] pdf). Hal ini merupakan bagian dari perwujudan firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka -orang kafir- kekuatan apa saja yang mampu kalian siapkan, dan juga kuda-kuda yang ditambatkan -khusus untuk perang- dalam rangka menakut-nakuti musuh Allah dan musuh kalian serta musuh lain selain mereka…” (QS. al-Anfal: 60)
Wajibnya menerima hadits ahad (Fath al-Bari [7/673] pdf). Yaitu tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima berita seorang utusan Jarir yang menyampaikan kabar gembira tersebut. Dan tentu saja di dalam berita itu terkandung konsekuensi aqidah; yaitu meyakini kebenarannya. Maka hadits yang mulia ini merupakan bantahan bagi sebagian gerakan dakwah yang menyerukan untuk kembali kepada syari’at Islam namun pada saat yang sama mereka sendiri justru tidak memahami syari’ah, bahkan tidak paham aqidah, Sadarlah wahai Syabaab..
Bolehnya tindakan yang agak berlebihan dalam menghancurkan musuh (Fath al-Bari [7/673] pdf). Tentu saja hal ini dengan mempertimbangkan maslahat dan madharat yang ditimbulkan. Karena kita mengetahui bahwa salah satu kaidah baku dalam bab amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah tidak boleh melakukan ingkarul mungkar tatkala dampaknya justru melahirkan kemungkaran lain yang lebih besar (lihat al-Amru bil Ma’ruf wa an-Nahyu ‘anil Munkar oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 33).
Keutamaan sahabat Jarir bin Abdullah al-Bajali radhiyallahu’anhu beserta kaumnya (Fath al-Bari [7/673] pdf). Yaitu berupa kepatuhan beliau terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perjuangannya dalam menumpas kesyirikan.
Barokah yang ada pada telapak tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan doa yang beliau panjatkan (Fath al-Bari [7/673] pdf).
Dianjurkan untuk mengulangi doa sebanyak jumlah bilangan ganjil. Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mengulangi doanya lebih dari 3 kali. Maka hadits ini merupakan dalil pengkhusus/takhshish terhadap ucapan Anas, “Beliau/Nabi kalau berdoa -mengulanginya- sebanyak tiga kali.” Sehingga 3 kali itu ditafsirkan sebagai kebiasaan beliau secara umum. Kejadian ini menunjukkan bahwa kondisinya memang menuntut hal itu -yaitu mendoakan mereka lebih dari 3 kali- dikarenakan jasa mereka yang sangat besar dalam memberantas kekafiran dan membela Islam (Fath al-Bari [7/673] pdf).
Bacalah, Wahai Harakiyin!
Tanya (Abdullah bin Taslim):
Sehubungan dengan Pemilu untuk memilih presiden yang sebentar lagi akan diadakan di Indonesia, dimana Majelis Ulama Indonesia mewajibkan masyarakat Indonesia untuk memilih dan mengharamkan golput, bagaimana sikap kaum muslimin dalam menghadapi masalah ini?
Syaikh Abdul Malik:
Segala puji bagi Allah, serta salawat, salam dan keberkahan semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang setia mengikuti jalannya, amma ba’du:
Saat ini mayoritas negara-negara Islam menghadapi cobaan (berat) dalam memilih pemimpin (kepala negara) mereka melalui cara pemilihan umum, yang ini merupakan (penerapan) sistem demokrasi yang sudah dikenal. Padahal terdapat perbedaan yang sangat jauh antara sistem demokrasi dan (syariat) Islam (dalam memilih pemimpin), yang ini dijelaskan oleh banyak ulama (ahlus sunnah wal jama’ah). Untuk penjelasan masalah ini, saudara-saudaraku (sesama ahlus sunnah) bisa merujuk kepada sebuah kitab ringkas yang ditulis oleh seorang ulama besar dan mulia, yaitu kitab “al-’Adlu fil Islaam wa laisa fi dimokratiyyah al maz’uumah” (Keadilan yang hakiki ada pada syariat Islam dan bukan pada sistem demokrasi yang dielu-elukan), tulisan guru kami syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-’Abbaad al-Badr –semoga Allah menjaga beliau dan memanjangkan umur beliau dalam ketaatan kepada-Nya –.
‘Ala kulli hal, pemilihan umum dalam sistem demokrasi telah diketahui, yaitu dilakukan dengan cara seorang muslim atau kafir memilih seseorang atau beberapa orang tertentu (sebagai calon presiden). Semua perempuan dan laki-laki juga ikut memilih, tanpa mempertimbangkan/membedakan orang yang banyak berbuat maksiat atau orang shaleh yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semua ini (jelas) merupakan pelanggaran terhadap (syariat) Islam. Sesungguhnya para sahabat yang membai’at (memilih) Abu Bakr ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu (sebagai khalifah/pemimpin kaum muslimin sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) di saqiifah (ruangan besar beratap tempat pertemuan) milik (suku) Bani Saa’idah, tidak ada seorang perempuan pun yang ikut serta dalam pemilihan tersebut. Karena urusan siyasah (politik) tidak sesuai dengan tabiat (fitrah) kaum perempuan, sehingga mereka tidak boleh ikut berkecimpung di dalamnya. Dan ini termasuk pelanggaran (syariat Islam), padahal Allah Ta’ala berfirman:
وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى
“Dan laki-laki tidaklah seperti perempuan.” (Qs. Ali ‘Imraan: 36)
Maka bagaimana kalian (wahai para penganut sistem demorasi) menyamakan antara laki-laki dan perempuan, padahal Allah yang menciptakan dua jenis manusia ini membedakan antara keduanya?! Allah Ta’ala berfirman:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ
“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka.” (Qs. al-Qashash: 68)
Di sisi lain Allah Ta’ala berfirman:
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir). Mengapa kamu (berbuat demikian); bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (Qs. al-Qalam: 35 – 36)
Sementara kalian (wahai para penganut sistem demokrasi) menyamakan antara orang muslim dan orang kafir?! Maka ini tidak mungkin untuk…(kalimat yang kurang jelas). Masalah ini (butuh) penjelasan yang panjang lebar.
Akan tetapi (bersamaan dengan itu), sebagian dari para ulama zaman sekarang berpendapat bolehnya ikut serta dalam pemilihan umum dalam rangka untuk memperkecil kerusakan (dalam keadaan terpaksa). Meskipun mereka mengatakan bahwa (hukum) asal (ikut dalam pemilihan umum) adalah tidak boleh (haram). Mereka mengatakan: Kalau seandainya semua orang diharuskan ikut serta dalam pemilu, maka apakah anda ikut memilih atau tidak? Mereka berkata: anda ikut memilih dan pilihlah orang yang paling sedikit keburukannya di antara mereka (para kandidat yang ada). Karena umumnya mereka yang akan dipilih adalah orang-orang yang memasukkkan (mencalonkan) diri mereka dalam pemilihan tersebut. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah radhiallahu ‘anhu:
“Janganlah engkau (berambisi) mencari kepemimpinan, karena sesungguhnya hal itu adalah kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat nanti.” (Gabungan dua hadits shahih riwayat imam al-Bukhari (no. 6248) dan Muslim (no. 1652), dan riwayat Muslim (no. 1825))
Maka orang yang terpilih dalam pemilu adalah orang yang (berambisi) mencari kepemimpinan, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang (berambisi) mencari kepemimpinan maka dia akan diserahkan kepada dirinya sendiri (tidak ditolong oleh Allah dalam menjalankan kepemimpinannya).” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain, dinyatakan lemah oleh syaikh al-Albani dalam “adh-Dha’iifah” (no. 1154). Lafazh hadits yang shahih Riwayat al-Bukhari dan Muslim: “Jika engkau menjadi pemimpin karena (berambisi) mencarinya maka engkau akan diserahkan kepadanya (tidak akan ditolong oleh Allah).”
Allah akan meninggalkannya (tidak menolongnya), dan barangsiapa yang diserahkan kepada dirinya sendiri maka berarti dia telah diserahkan kepada kelemahan, ketidakmampuan dan kesia-siaan, sebagaimana yang dinyatakan oleh salah seorang ulama salaf – semoga Allah meridhai mereka–.
‘Ala kulli hal, mereka berpendapat seperti ini dalam rangka menghindari atau memperkecil kerusakan (yang lebih besar). Ini kalau keadaannya memaksa kita terjeremus ke dalam dua keburukan (jika kita tidak memilih). Adapun jika ada dua orang calon (pemimpin yang baik), maka kita memilih yang paling berhak di antara keduanya.
Akan tetapi jika seseorang tidak mengatahui siapa yang lebih baik (agamanya) di antara para kandidat yang ada, maka bagaimana mungkin kita mewajibkan dia untuk memilih, padahal dia sendiri mengatakan: aku tidak mengetahui siapa yang paling baik (agamanya) di antara mereka. Karena Allah Ta’ala berfirman:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (Qs. al-Israa’: 36)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menipu/mengkhianati kami maka dia bukan termasuk golongan kami.” (HSR Muslim (no. 101)). Jika anda memilih orang yang anda tidak ketahui keadaannya maka ini adalah penipuan/pengkhianatan.
Demikian pula, jika ada seorang yang tidak merasa puas dengan kondisi pemilu (tidak memandang bolehnya ikut serta dalam pemilu) secara mutlak, baik dalam keadaan terpaksa maupun tidak, maka bagaimana mungkin kita mewajibkan dia melakukan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam?!
Maka ‘ala kulli hal, kita meyakini bahwa Allah Ta’ala Dialah yang memilih untuk umat ini pemimpin-pemimpin mereka. Kalau umat ini baik maka Allah akan memilih untuk mereka pemimpin-pemimpin yang baik pula, (sabaliknya) kalau mereka buruk maka Allah akan memilih untuk mereka pemimpin-pemimpin yang buruk pula. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضاً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (Qs. al-An’aam: 129)
Maka orang yang zhalim akan menjadi pemimpin bagi masyarakat yang zhalim, demikianlah keadaannya.
Kalau demikian, upayakanlah untuk menghilangkan kezhaliman dari umat ini, dengan mendidik mereka mengamalkan ajaran Islam (yang benar), agar Allah memberikan untuk kalian pemimpin yang kalian idam-idamkan, yaitu seorang pemimpin yang shaleh. Karena Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Dalam ayat ini) Allah tidak mengatakan “…sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada pemimpin-pemimpin mereka”, akan tetapi (yang Allah katakan): “…sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Aku telah menulis sebuah kitab tentang masalah ini, yang sebenarnya kitab ini khusus untuk para juru dakwah, yang mengajak (manusia) ke jalan Allah Ta’ala, yang aku beri judul “Kamaa takuunuu yuwallaa ‘alaikum” (sebagaimana keadaanmu maka begitupulalah keadaan orang yang menjadi pemimpinmu). Aku jelaskan dalam kitab ini bahwa watak para penguasa selalu berasal dari watak masyarakatnya, maka jika masyarakatnya (berwatak) baik penguasanya pun akan (berwatak) baik, dan sebaliknya.
Maka orang-orang yang menyangka bahwa (yang terpenting dalam) masalah ini adalah bersegera untuk merebut kekuasaan, sungguh mereka telah melakukan kesalahan yang fatal dalam hal ini, dan mereka tidak mungkin mencapai hasil apapun (dengan cara-cara seperti ini). Allah Ta’ala ketika melihat kerusakan pada Bani Israil disebabkan (perbuatan) Fir’aun, maka Allah membinasakan Fir’aun dan memberikan kepada Bani Israil apa yang mereka inginkan, dengan Allah menjadikan Nabi Musa ‘alaihissalam sebagai pemimpin mereka. (Akan tetapi) bersamaan dengan itu, kondisi (akhlak dan perbuatan) mereka tidak menjadi baik, sebagaimana yang Allah kisahkan dalam al-Qur’an. Mereka tidak menjadi baik meskipun pemimpin mereka adalah kaliimullah (orang yang langsung berbicara dengan Allah Ta’ala), yaitu Nabi Musa ‘alaihissalam, sebagaimana yang sudah kita ketahui. Bahkan sewaktu Allah berfirman (menghukum) sebagian dari Bani Israil:
كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
“Jadilah kamu kera yang hina.” (Qs. al-Baqarah: 65)
Kejadian ini bukanlah di zaman kekuasaan Fir’aun. Akan tetapi hukuman Allah ini (menimpa) sebagian mereka (karena mereka melanggar perintah Allah) ketika mereka di bawah kepemimpinan Nabi Musa ‘alaihissalam dan para Nabi Bani Israil ‘alaihimussalam sepeninggal Nabi Musa ‘alaihissalam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi ‘alaihimussalam, setiap seorang Nabi wafat maka akan digantikan oleh Nabi berikutnya.” (HSR al-Bukhari dan Muslim)
Dan hanya Allah-lah yang mampu memberikan taufik (kepada manusia).
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Madinah Nabawiyyah, 15 Rabi’ul awal 1430 H / 11 Maret 2009 M
***
Penulis: Abdullah bin Taslim al-Buthani, Lc.
Artikel www.muslim.or.id
Subhanallah.... dibalik Perang Irak puluhan Tentara Korea peroleh Hidayah
Perang Irak memberi makna lain bagi "Unit Zaitun", nama pasukan Koera Selatan yang ikut dikirim ke Irak pada tahun 2006 sebagai bagian dari pasukan koalisi AS. Sebelum berangkat dan ditempatkan di kota Irbil, kota warga Kurdi di utara Irak, 37 anggota unit ini menyatakan diri masuk Islam dan bersyahadat di Masjid Hannam-dong, Seoul.
"Saya memutuskan menjadi seorang Muslim, karena saya merasa Islam sebagai agama yang lebih humanis dan damai dibandingkan agama-agama lainnya. Kalau kita bisa secara religius berinteraksi dengan warga lokal, saya pikir ini akan banyak membantu kami menjadi misi damai untuk melakukan rekonstruksi di Irak," kata Letnan Son Hyeon-ju dari pasukan khusus Brigade ke-11, salah satu tentara Korea Selatan yang masuk Islam.
Saat itu, pada hari Jumat di bulan Juli 2006, Hyeon-ju beserta 36 tentara Korea Selatan lainnya mengambil wudu, lalu duduk berjajar di dalam Masjid Hannam-dong. Dengan bimbingan imam masjid, mereka melafazkan dua kalimat syahadat dan mulai hari itu, para tentara yang akan diberangkatkan ke Irak itu resmi menjadi muslim.
Militer Korea mungkin tak pernah menyangka kesempatan untuk mempelajari Islam dan bahasa Arab bagi para tentara, terutama Unit Zaitun, yang akan dikirim ke Irak, akan membuat puluhan tentaranya masuk Islam. Pertimbangannya ketika itu, karena mayoritas penduduk kota Irbil adalah muslim, sedangkan tentara Korea yang akan dikirim adalah nonmuslim, maka para tentara itu dikirim ke Masjid Hannam-dong untuk belajar dan memahami tentang Islam dan komunitas Muslim. Ternyata, sebagian tentara itu malah benar-benar jatuh cinta pada Islam dan memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Salah seorang anggota pasukan Unit Zaitu dari Divisi ke-11 Angkatan Bersenjata Korea Selatan, Kopral Paek Seong-uk yang masih berusia 22 tahun mengatakan, "Di kampus, saya mengambil jurusan bahasa Arab dan setelah membaca isi Al-Quran, saya jadi sangat tertarik pada Islam. Saya pun memutuskan untuk menjadi seorang muslim selama mengikuti program yang diselenggarakan Unit Zaitun, sebuah pengalaman religius buat saya."
Kopral Paek Seong-uk dengan antusias mengungkapkan keinginannya jika sudah sampai di Irak. "Saya ingin ikut serta dalam acara-cara keagamaan dengan warga lokal, sehingga mereka bisa merasakan rasa persaudaraan. Saya juga juga ingin memastikan warga lokal bahwa pasukan Korea Selatan bukan pasukan penjajah, tapi pasukan yang dikerahkan untuk membantu misi kemanusiaan di Irak," ujar Paek Seong-uk.
Tentara-tentara Korea yang memilih menjadi muslim itu, paham betul pentingnya homogenitas agama di tengah komunitas Muslim. "Jika agama Anda sama, Anda tidak akan diperlakukan sebagai orang asing, tapi akan diperlakukan seperti layaknya warga lokal. Lebih dari itu, Islam mengajarkan tata cara perang yang beradab. Muslim tidak boleh menyerang kaum perempuan, bahkan dalam peperangan," kata seorang pejabat militer Korea Selatan, mengomentari puluhan tentaranya yang masuk Islam. (kw/chosun.com/TTI)
Minggu, 06 November 2011
Kiat Sukses Belajar Bahasa Arab
Berikut ini sebagian kiat yang bisa dilakukan untuk mempercepat penguasaan kaidah bahasa Arab. Kami menuliskannya berdasarkan pengalaman kami sendiri mengajar bahasa Arab dan membaca kitab sejak beberapa tahun lamanya –walhamdulillah- :
Hendaknya kita mengikhlaskan niat dalam belajar untuk menunaikan kewajiban kita kepada Allah dan membekali diri dengan ilmu agar bisa beramal saleh. Karena amal tidak akan diterima tanpa niat dan cara yang benar. Sementara niat dan cara yang benar tidak akan diperoleh kecuali dengan ilmu. Oleh sebab itu imam Bukhari rahimahullah membuat sebuah bab dalam Kitabul Ilmi di kitab sahih Bukhari yang berjudul ‘Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan’. Dalilnya adalah firman Allah 9yang artinya), “Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan (yang benar) selain Allah dan mintalah ampunan untuk dosamu…” (QS. Muhammad : 19). Selain itu hendaknya kita berdoa kepada Allah untuk diberikan ilmu yang bermanfaat.
Sebelum lebih jauh mempelajari kaidah bahasa Arab maka sudah semestinya kita mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan hukum-hukum tajwid agar tidak salah dalam membaca atau mengucapkan. Padahal, salah baca atau salah ucap akan menimbulkan perbedaan makna bahkan memutarbalikkan fakta. Suatu kata yang seharusnya berkedudukan sebagai pelaku berubah menjadi objek dan seterusnya. Tentu saja hal ini –membaca dengan benar serta mengikuti kaidah-tidak bisa disepelekan.
Menambah kosakata merupakan salah satu sebab utama untuk melancarkan proses belajar kaidah dan membaca kitab. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membeli Kamus Bahasa Arab-Indonesia seperti Al-Munawwir, atau dengan membeli kamus kecil Al-Mufradat yang berisi kosakata yang sering digunakan dalam kitab-kitab para ulama. Selain itu bisa juga dengan membeli satu jenis buku dengan 2 versi; asli bahasa Arab dan terjemahan. Dengan memiliki kitab berbahasa Arab akan memacu pemiliknya untuk bisa membacanya. Sedangkan dengan terjemahannya akan membantu dalam proses belajar membaca kitab ketika menemukan kata-kata atau ungkapan yang susah dimengerti.
Hendaknya mencari guru yang benar-benar memahami materi kaidah bahasa Arab dan bisa mengajarkannya. Untuk poin ini mungkin sangat bervariasi –tidak bisa diberi batasan yang kaku-, karena tingkat pemahaman orang terhadap kaidah bahasa arab juga bertingkat-tingkat. Hanya saja yang dimaksud di sini adalah perlunya memilih guru yang mengajarkan materi dengan dasar ilmu bukan dengan kebodohan.
Dibutuhkan kesabaran untuk terus mengikuti pelajaran dan mengulang-ulang pelajaran (muraja’ah) agar pemahaman yang dimiliki semakin kuat tertanam. Apabila menemukan hal-halyang belum dipahami hendaknya segera menanyakan kepada pengajar atau orang yang lebih tahu dalam hal itu. Az-Zuhri rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya ilmu itu dicari seiring dengan perjalanan siang dan malam, barangsiapa yang ingin mendapatkan segudang ilmu secara tiba-tiba niscaya ilmu yang diperolehnya akan cepat hilang.”
Hendaknya bersungguh-sungguh dalam belajar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami niscaya Kami pun akan memudahkan baginya jalan-jalan menuju keridhaan Kami.” (QS. Al-Ankabut : 69). Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa di dalam ayat ini Allah ta’ala mengaitkan antara hidayah dengan kesungguh-sungguhan/jihad. Maka orang yang paling besar hidayahnya adalah orang yang paling besar kesungguhan/jihadnya. Pepatah arab mengatakan, “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, niscaya dia akan mendapatkan.”
Untuk bisa mendukung pembelajaran bahasa Arab bagi pemula maka mengikuti kajian-kajian kitab berbahasa Arab merupakan salah satu sarana yang paling efektif untuk membiasakan diri dengan kata atau istilah bahasa Arab yang termaktub di kitab-kitab para ulama. Kitab-kitab yang sudah semestinya dikaji oleh pemula adalah kitab-kitab yang membahas perkara-perkara agama yang harus dipahaminya seperti kitab yang membahas dasar-dasar tauhid semacam Al-Qawa’id Al-Arba’, Tsalatsatu Ushul, dan Kitab Tauhid yang ketiga-tiganya merupakan karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Apabila tidak bisa mengikuti secara langsung maka bisa diupayakan dengan mendengarkan CD kajiannya atau bahkan kalau ada yang berupa format VCD.
Membaca buku pelajaran kaidah bahasa Arab. Buku-buku pelajaran kaidah bahasa Arab dengan pengantar bahasa Indonesia yang bisa didapatkan misalnya; Ilmu Nahwu Praktis sistem belajar 40 jam karya A. Zakaria (untuk pemula) dan Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab karya Ustadz Aunur rafiq Ghufron, Lc. (untuk menengah). Atau bagi yang ingin mendengarkan audio pelajaran bahasa Arab bisa mendownload di internet dengan alamat http://badar.muslim.or.id
Sumber: www.abumushlih.com
Minggu, 30 Oktober 2011
Umat Muslim Mencapai Seperempat penduduk Dunia
Faktanya Kaum Muslim membentuk sekitar seperempat jumlah populasi dunia dan sebagian besar terkonsentrasi di Asia, menurut sebuah studi terbaru oleh kelompok pencari fakta Amerika yang menyediakan informasi mengenai isu, sikap, dan tren yang membentuk Amerika dan dunia melalui jajak pendapat publik.
Terdapat sekitar 1.57 miliar Muslim dalam segala usia yang ada di dunia hari ini, Pew Research Center menyimpulkan dalam studinya yang berjudul “Memetakan Populasi Muslim Global: Sebuah Laporan Tentang Jumlah dan Distribusi Populasi Muslim Dunia.
Ditemukan bahwa kaum Muslim membentuk 23% dari total 6.8 miliar penduduk dunia, dengan mayoritasnya beraliran Sunni.
Dari total jumlah kaum Muslim, 87-90% beraliran Sunni sedang 10-13% beraliran Syiah.
Menurut studi tersebut, berdasarkan data dari 232 negara dan teritori, Asia merupakan rumah bagi hampir 20% populasi Muslim global.
Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbanyak dengan 203 juta Muslim, sekitar 13% dari total populasi Muslim dunia.
Pakistan memiliki 174 juta penduduk Muslim, India 161 juta, Bangladesh 145 juta, Iran 74 juta, dan Turki 74 juta.
Jika digabungkan, keenam negara ini membentuk 85% populasi Muslim Asia dan lebih dari separuh (53%) jumlah populasi Muslim global.
Hampir separuh dari Muslim Asia terkonsentrasi di Asia Selatan. Sisanya terbagi rata antara Asia Tenggara (26%) dan Asia Tengah-Selatan (24%).
Diketahui pula bahwa Timur Tengah dan Afrika Utara memiliki 315 juta Muslim, sekitar 20% dari total jumlah Muslim dunia. Kawasan Timur Tengah-Afrika Utara memiliki persentase tertinggi dalam negara dengan penduduk mayoritas Muslim.
Studi itu juga menemukan bahwa terdapat 240 juta Muslim di Afrika sub-Sahara yang membentuk sekitar 15% dari populasi Muslim global. Sepertiga dari mereka tinggal di Nigeria dengan jumlah 74 juta, separuh dari total populasi negara itu.
Kawasan Afrika sub-Sahara adalah rumah bagi negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim dalam jumlah besar, termasuk Mauritania (99%), Niger (99%), Somalia (99%), Komoro (98%), Mayotte (98%), Djibouti (97%), Senegal (96%), Gambia (95%), Mali (93%), Guinea (84%) dan Sierra Leone (71%).
Studi ini, yang pertama kalinya dilakukan, mengindikasikan bahwa seperlima kaum Muslim (300 juta) tinggal di negara-negara non-Muslim. Populasi Muslim minoritas di sana seringkali cukup besar.
India yang berpenduduk mayoritas Muslim memiliki populasi Muslim terbesar ketiga setelah Indonesia dan Pakistan.
China memiliki lebih banyak kaum Muslim daripada Syria, sementara Rusia adalah rumah bagi warga Muslim dengan jumlah lebih banyak daripada Yordania dan Libya sekaligus.
Studi ini mencatat bahwa 22 juta Muslim China menyebar hampir ke semua propinsi, dengan konsentrasi tertinggi di propinsi-propinsi barat, seperti Xinjiang, Ningxia, dan Gansu.
Xinjiang adalah satu-satunya propinsi berpenduduk mayoritas Muslim di China, dengan jumlah Muslim mencapai 53% dari total populasi.
Studi ini juga menemukan bahwa Eropa memilik 38 juta Muslim yang membentuk lima persen dari total populasi benua tersebut. Sebagian besar terkonsentrasi di Eropa Timur dan Tengah.
Rusia memiliki lebih dari 16 juta Muslim, populasi Muslim terbesar di Eropa.
Menurut studi itu, Jerman memiliki penduduk minoritas Muslim terbesar di Eropa Timur dengan jumlah lebih dari empat juta, mengalahkan Perancis yang berpenduduk Muslim sebesar 3.5 juta jiwa.
Inggris memiliki kurang dari dua juta penduduk Muslim, hampir 3% dari total populasi, sementara Italia memiliki 36.000, terkecil di Eropa.
Studi tersebut mengatakan bahwa hampir 46 juta Muslim berada di benua Amerika, dengan hampir 2.5 juta di AS dan 700.000 di Kanada.
Muslim juga membentuk 16% dari total populasi Suriname, populasi Muslim terbesar di benua Amerika.
Argentina memiliki minoritas Muslim sebesar 800.000, terbesar di Amerika Selatan.
Figur yang dipersembahkan oleh studi mengenai populasi Muslim di Barat, terutama di Eropa dan AS itu bertolak belakang dengan perhitungan yang biasanya dilaporkan oleh organisasi-organisasi Muslim di kawasan-kawasan tersebut.
Muslim di AS, misalnya, secara umum diyakini berjumlah lebih dari tujuh juta sementara Perancis lebih dari enam juta.
sumber: suaramedia.com
Senin, 10 Oktober 2011
Catatan Penunjang Belajar Bahasa Arab1
BAGIAN 1. PENDAHULUAN
Tahap Pertama
Mengenali istilah-istilah dasar dalam bahasa arab
Dalam bahasa arab kata disebut dengan al-Kalimah. al-Kalimah dibagi menjadi 3; isim (kata benda), fi’il (kata kerja) dan harf (kata depan). Suatu susunan kalimat sempurna dalam bahasa arab disebut dengan al-Jumlah al-Mufidah/al-Kalam.
Ada 4 syarat jumlah mufidah, yaitu: [1] Berupa lafazh, yaitu suara yang terdiri dari huruf-huruf hija’iyah, [2] Tersusun (murokkab) lebih dari satu kata, baik tampak maupun tidak tampak/ada yang disembunyikan, [3] Berfaedah sempurna (mufid), artinya pendengar tidak menyimpan tanda tanya lagi setelah kalimat itu diucapkan karena ada sesuatu yang kurang lengkap dalam kalimat tersebut, [4] Mengikuti kaidah penyusunan kalimat dalam bahasa arab dan menggunakan bahasa arab, bukan bahasa selain arab (bil wadh’i).
Tahap Kedua
Mengenali Isim, Fi’il dan Harf
al-Kalimah atau ‘kata’ sebagaimana sudah diterangkan di atas terdiri dari isim, fi’il dan harf. Berikut ini akan dijelaskan lebih detil mengenai ketiga macam kata tersebut, mulai dari pengertian, ciri-ciri, serta pembagiannya.
Pengertian Isim: Isim adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna dengan sendirinya dan tidak menggambarkan latar belakang waktu kejadian, dalam bahasa Indonesia isim dikenal dengan istilah ‘kata benda’. Kata benda ini bisa mencakup manusia, hewan, benda mati, tumbuhan, dan lain sebagainya.
Ciri-ciri Isim: Isim bisa dikenali dengan melihat ciri yang ada padanya, di antara ciri tersebut adalah: [1] Bisa dikasrah akhir katanya, [2] Bisa ditanwin akhirannya, [3] Bisa diberi alif-lam (al) di awalnya, [4] Didahului oleh harf jer (akan diterangkan nanti di bagian harf)
Pembagian Isim: Isim dapat dibagi berdasarkan bilangannya menjadi 3 jenis: [1] Isim mufrad; yaitu yang menunjukkan tunggal. [2] Isim mutsanna; yaitu yang menunjukkan ganda/dua. [3] Isim Jamak; yaitu yang menunjukkan banyak/lebih dari dua. Selain pembagian ini masih ada pembagian lain yang akan diterangkan di belakang, insya Allah.
Pengertian Fi’il: Fi’il adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna dengan sendirinya dan menggambarkan latar belakang waktu kejadian, dalam bahasa Indonesia fi’il dikenal dengan istilah ‘kata kerja’. Namun, terdapat sedikit perbedaan yaitu dalam bahasa arab bentuk kata kerja itu berubah sesuai dengan latar belakang waktu kejadiannya, tidak sebagaimana pada bahasa Indonesia. Kata kerja ini mencakup kata kerja lampau (fi’il madhi), kata kerja sekarang/akan datang (fi’il mudhari’), dan kata kerja perintah (fi’il amr).
Ciri-ciri Fi’il: Fi’il bisa dikenali dengan melihat ciri yang ada padanya, di antara ciri tersebut adalah: [1] Didahului dengan kata qad (sesungguhnya), [2] Didahului dengan kata saufa (kelak), [3] Didahului dengan kata sa (akan), [4] Diakhiri dengan ta’ ta’nits sakinah (huruf ta’ sukun yang menunjukkan pelakunya adalah perempuan), [5] Bisa bersambung dengan ta’ fa’il (huruf ta’ yang menunjukkan pelaku), [6] Bisa bersambung dengan nun taukid (huruf nun tasydid yang menunjukkan penegasan)
Pembagian Fi’il: Fi’il dapat dibagi berdasarkan bentuk penunjukan waktunya menjadi 3: [1] Fi’il madhi; menunjukkan suatu kejadian/perbuatan di waktu yang telah berlalu. [2] Fi’il mudhari’; menunjukkan suatu kejadian/perbuatan di waktu yang sedang berjalan atau akan datang. [3] Fi’il amr; menunjukkan tuntutan akan terjadinyaa suatu perbuatan di masa depan/sesudah waktu pembicaraan.
Pengertian Harf: Harf adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna tidak pada dirinya sendirinya, artinya dia memerlukan kata yang lain (isim atau fi’il) untuk menyempurnakan maksudnya. Harf semacam ini disebut juga dengan harf ma’ani; huruf yang bermakna. Karena di sana terdapat juga jenis harf lain yang tidak bermakna dan disebut dengan harf mabani yaitu huruf-huruf hija’iyah (alif sampai ya’). Di antara contoh harf ma’ani adalah harf jer, yaitu harf yang menyebabkan isim sesudahnya menjadi kasrah.
Ciri-Ciri Harf: Harf tidak memiliki ciri khusus sebagaimana halnya isim atau fi’il.
Pembagian Harf: Harf dapat dibagi menjadi 3: [1] Harf yang bisa masuk kepada isim saja, contohnya adalah harf jer [2] Harf yang bisa masuk pada fi’il saja, contohnya harf lam dan lan [3] Harf yang bisa masuk kepada isim maupun fi’il, contohnya wa (yang artinya; dan).
Tahap Ketiga
Mengenal keadaan akhir kata
Dalam bahasa arab, akhir kata itu bisa berubah, dan ada juga yang tetap. Peristiwa perubahan akhir kata ini disebut i’rab. Kata yang bisa berubah akhirannya disebut dengan kata yang mu’rab. Adapun peristiwa tetapnya akhir kata disebut dengan istilah bina’. Kata yang senantiasa tetap keadaan akhirnya disebut dengan kata yang mabni.
Bersambung insya Allah.. Allahul muwaffiq
Bersambung di halaman dua gan, klik DISINI.
Catatan Penunjang Belajar Bahasa Arab2
BAGIAN 2. PENJABARAN I’RAB
Review Pelajaran Terakhir:
Dalam bahasa arab, akhir kata itu bisa berubah, dan ada juga yang tetap. Peristiwa perubahan akhir kata ini disebut i’rab. Kata yang bisa berubah akhirannya disebut dengan kata yang mu’rab. Adapun peristiwa tetapnya akhir kata disebut dengan istilah bina’. Kata yang senantiasa tetap keadaan akhirnya disebut dengan kata yang mabni.
Tahap Pertama:
Mengenal Macam-Macam I’rab
Sebagaimana sudah diterangkan di depan, bahwa dalam bahasa arab kata itu terbagi menjadi isim, fi’il dan harf. Apabila ditinjau dari keadaan akhir katanya masing-masing kata tersebut dapat dirinci sebagai berikut: [1] Isim, ada yang mu’rab –akhirannya bisa berubah- dan ada yang mabni -akhirannya selalu tetap-, [2] Fi’il, ada yang mu’rab dan ada yang mabni, [3] Harf, semuanya mabni.
Macam I’rab: I’rab ada 4 macam: rofa’, nashab, jer/khafdh, dan jazm. I’rab yang ada pada isim adalah rofa’, nashab, dan jer. Adapun i’rab yang ada pada fi’il adalah rofa’, nashab dan jazm. Kata yang i’rabnya rofa’ disebut marfu’. Kata yang i’rabnya nashab disebut manshub. Kata yang i’rabnya jer disebut majrur. Dan kata yang i’rabnya jazm disebut majzum. Maka isim itu ada yang marfu’, ada yang manshub, dan ada yang majrur (tidak ada isim majzum). Sedangkan fi’il, ada yang marfu’, ada yang manshub, dan ada yang majzum (tidak ada fi’il majrur).
Tahap Kedua:
Pengenalan Isim Mu’rab dan Isim Mabni
Isim Mu’rab: adalah isim yang akhir katanya bisa berubah karena perubahan kedudukan/jabatan kata (misal sebagai pelaku) atau karena adanya kata lain yang mendahuluinya (misal harf jer). Isim mu’rab ada 9, yaitu: isim mufrad, mutsanna, jamak mudzakar salim, jamak mu’annats salim, jamak taksir, maqshur, manqush, asma’ul khamsah, dan isim laa yansharif .
Isim Mabni: adalah isim yang akhir katanya senantiasa tetap meskipun kedudukan/jabatan katanya berubah atau didahului oleh kata-kata yang menyebabkan perubahan pada isim mu’rab. Isim mabni ada 5, yaitu: isim dhamir (kata ganti), isim maushul (kata sambung), isim isyarah (kata penunjuk), isim istifham (kata tanya), dan isim syarat (jika atau barangsiapa).
Tahap Ketiga:
Penjelasan Tanda-Tanda I’rab Pada Isim
Tanda i’rab pada isim terdiri dari tanda asal/pokok dan tanda cabang.
Tanda pokok i’rab pada isim adalah:
Marfu’ dengan tanda dhommah; pada isim mufrad, jamak taksir, jamak mu’annats salim, dan isim laa yansharif
Manshub dengan tanda fathah; pada isim mufrad, jamak taksir, dan isim laa yansharif
Majrur dengan tanda kasrah; pada isim mufrad, jamak taksir, dan jamak mu’annats salim
Tanda cabang i’rab pada isim adalah sbb:
Tanda rofa’
Marfu’ dengan tanda Alif; pada isim mutsanna
Marfu’ dengan tanda Wawu; pada isim asma’ul khomsah dan jamak mudzakar salim
Marfu’ dengan tanda Dhommah muqaddarah/dhommah yang tidak ditulis; pada isim maqshur dan manqush
Tanda nashab
Manshub dengan tanda Ya’; pada isim mutsanna dan jamak mudzakar salim
Manshub dengan tanda Alif; pada isim asma’ul khomsah
Manshub dengan tanda Kasrah; pada isim jamak mu’annats salim
Manshub dengan tanda Fathah muqaddarah; pada isim maqshur
Tanda jer
Majrur dengan tanda Ya’; pada isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim
Majrur dengan tanda Fathah; pada isim laa yansharif
Majrur dengan tanda Kasrah muqaddarah; pada isim maqshur dan manqush
Tahap Keempat:
Pengenalan Fi’il Mu’rab dan Fi’il Mabni
Fi’il Mu’rab: adalah fi’il yang akhir katanya bisa berubah karena disebabkan masuknya alat-alat penashob atau penjazem. Fi’il yang mu’rab mencakup; semua fi’il mudhari’ yang tidak bersambung dengan nun inats atau nun taukid.
Fi’il mudhari’ yang mu’rab ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
Fi’il shohih akhir; yaitu yang akhirannya adalah huruf shohih (selain alif, wawu dan ta’)
Fi’il mu’tal akhir; yaitu yang akhirannya adalah huruf ‘illat (alif, wawu atau ta’)
Fi’il af’alul khomsah; yaitu yang akhirannya adalah huruf ‘illat dan nun
Fi’il Mabni: adalah fi’il yang akhir katanya senantiasa tetap meskipun dimasuki oleh alat penashob atau penjazem. Fi’il yang mabni mencakup; semua fi’il madhi, semua fi’il amr, dan fi’il mudhari’ yang bersambung dengan nun inats atau nun taukid.
Tahap Kelima:
Penjelasan Tanda-Tanda I’rab Pada Fi’il
Tanda i’rab pada fi’il adalah sebagai berikut:
Mudhari’ Shohih Akhir
Marfu’ dengan tanda dhommah
Manshub dengan tanda fathah
Majzum dengan tanda sukun
Mudhari’ Mu’tal Akhir
Marfu’ dengan tanda dhommah muqoddarah
Manshub dengan tanda fathah pada mu’tal ya’ dan wawu sedangkan untuk mu’tal alif manshub dengan tanda fathah muqoddarah
Majzum dengan tanda dihapus huruf terakhirnya/hadzful akhir
Mudhari’ Af’alul Khomsah
Marfu’ dengan tetapnya huruf nun di akhir/tsubutun nun
Manshub dengan dihapusnya huruf nun di akhir/hadzfun nun
Majzum dengan dihapusnya huruf nun di akhir/hadzfun nun
Sumber: www.abumushlih.com
Jumat, 30 September 2011
Penjelasan dan Sejarah NII
Sekarang sedang maraknya perbincangan dan pemberitaan Negara Islam Indonesia. Kali ini kita akan coba menulis artikel penjelasan dan latar belakang NII ini.
Belakangan ini kita sering sekali mendengar ataupun membaca berita mengenai pencucian otak oleh oknum NII. Cuci otak yang lagi heboh-hebohnya ini merebak di sejumlah kampus di Indonesia. Sejumlah mahasiswa diduga menjadi korban cuci otak oleh sekelompok yang mengatasnamakan diri Negara Islam Indonesia.
Apa dan bagaimana NII tersebut?
NII adalah singkatan dari Negara Islam Indonesia. Dulunya dikenal dengan nama Darul Islam atau DI. Asal mula NII/DI ini bermula dari gerakan politik yang diproklamasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat pada 7 Agustus 1949.
Tujuan gerakan ini menjadikan Indonesia negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara.
Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan ini terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia.
Para jamaah NII menghalalkan segala cara mulai dari merampok, mencuri, menipu, memeras, merampas atau melacur demi kepentingan negara atau madinah. Hal tersebut disandarkan pada filosofi sesat atas kepemilikan wilayah teritori Indonesia oleh NII lebih tepatnya lagi atas dasar proklamasi NII dan kekhalifahan Kartosoewirjo.
Di Jawa Barat, gerakan NII diduga berpusat di Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu yang didirikan Abu Toto aliasSyekh Abdus Salam Panji Gumilang. NII ini dikenal dengan gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9).
Akhir-akhir ini, eksistensi gerakan ini kembali muncul dengan data sejumlah mahasiswa yang dilaporkan menjadi korban cuci otak. Bahkan, Kepolisian Daerah Jawa Timur berusaha mengungkap gerakan ini dengan mengejar sejumlah nama yang diduga menjadi otak perekrut dan pemberi materi doktrin kepada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Kabar terbaru, ada 15 mahasiswa UMM Jawa Timur yang dikabarkan hilang. Ada yang mengaku setelah direkrut orang tak dikenal, para korban didoktrin untuk tidak percaya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebaliknya digiring untuk meyakini dan percaya NII.
Mantan pengikut NII sekaligus pendiri situs NII Crisis C
wikipedia dan berbagai sumber
Selasa, 20 September 2011
Hubungan Gempa dengan Ayat ALLAH SWT
Entah ini merupakan suatu kebetulan atau memang sebuah tanda bagi umat manusia untuk bisa direnungkan hal-hal dan kejadian yang terjadi dan bekaitan dengan Gempa Sumatera kemarin pada bulan september dan oktober. Berikut adalah artikel Hubungan Gempa dan Ayat-Ayat Allah SWT yang dikutip dari sebuah blog.
Gempa di Padang jam 17.16, gempa susulan 17.58, esoknya gempa di Jambi jam 8.52. Coba lihat Al-Qur'an! demikian bunyi pesan singkat yang beredar. Siapa pun yang membuka Al-Qur'an dengan tuntunan pesan singkat tersebut akan merasa kecil di hadapan Allah Swt. Demikian ayatayat Allah Swt tersebut:
Segala sesuatu kejadian di muka bumi merupakan ketetapan Allah Swt. Demikian pula dengan musibah bernama gempa bumi. Hanya berseling sehari setelah kejadian, beredar kabar di antaranya lewat pesan singkat ”yang mengkaitkan waktu terjadinya musibah tiba gempa itu dengan surat dan ayat yang ada di dalam kitab suci Al-Qur'an.
17.16 (QS. Al Israa' ayat 16): “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
17.58 (QS. Al Israa' ayat 58): Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz).
8.52 (QS. Al Anfaal: 52): (Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.
Tiga ayat Allah Swt di atas, yang ditunjukkan tepat dalam waktu kejadian tiga gempa kemarin di Sumatera, berbicara mengenai azab Allah berupa kehancuran dan kematian, dan kaitannya dengan hidup bermewah-mewah dan kedurhakaan, dan juga dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya. Ini tentu sangat menarik.
Gaya hidup bermewah-mewah seolah disimbolisasikan dengan acara pelantikan anggota DPR yang memang WAH. Kedurhakaan bisa jadi disimbolkan oleh tidak ditunaikannya amanah umat selama ini oleh para penguasa, namun juga tidak tertutup kemungkinan kedurhakaan kita sendiri yang masih banyak yang lalai dengan ayat-ayat Allah atau malah menjadikan agama Allah sekadar sebagai komoditas untuk meraih kehidupan duniawi dengan segala kelezatannya (yang sebenarnya menipu).
Dan yang terakhir, terkait dengan Fir'aun dan para pengikutnyaâ€, percaya atau tidak, para pemimpin dunia sekarang ini yang tergabung dalam kelompok Globalis (mencita-citakan The New World Order) seperti Dinasti Bush, Dinasti Rotschild, Dinasti Rockefeller, Dinasti Windsor, dan para tokoh Luciferian lainnya yang tergabung dalam Bilderberg Group, Bohemian Groove, Freemasonry, Trilateral Commission (ada lima tokoh Indonesia sebagai anggotanya), sesungguhnya masih memiliki ikatan darah dengan Firaun Mesir (!).
David Icke yang dengan tekun selama bertahun-tahun menelisik garis darah Firaun ke masa sekarang, dalam bukunya The Biggest Secret, menemukan bukti jika darah Firaun memang menaliri tokoh-tokoh Luciferian sekarang ini seperti yang telah disebutkan di atas. Bagi yang ingin menelusuri gais darah Fir'aun tersebut hingga ke Dinasti Bush, silakan cari di www.davidicke.com (Piso-Bush Genealogy), dan ada pula di New England Historical Genealogy Society.
Nah, bukan rahasia lagi jika sekarang Indonesia berada di bawah cengkeraman kaum NeoLib. Kelompok ini satu kubu dengan IMF, World Bank, Trilateral Commission, Round Table, dan kelompok-kelompok elit dunia lainnya yang bekerja menciptakan The New World Order. Padahal jelas-jelas, kubu The New World Order memiliki garis darah dengan Firaun. Kelompok Globalis-Luciferian inilah yang mungkin dimaksudkan Allah Swt dalam QS. Al Anfaal ayat 52 di atas. Dan bagi pendukung pasangan ini, mungkin bisa disebut sebagai ¦pengikut-pengikutnya.
Puing-puing bangunan dan infrastruktur pasca gempa sumatera 30/9/09 Dengan adanya berbagai kebetulan yang Allah Swt sampaikan dalam musibah gempa kemarin ini, Allah Swt jelas hendak mengingatkan kita semua. Apakah semua kebetulan itu sekedar sebuah kebetulan semata tanpa pesan yang berarti? Apakah pesan Allah Swt itu akan mengubah kita semua agar lebih taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Atau malah kita semua sama sekali tidak perduli, bahkan menertawakan semua pesan ini sebagaimana dahulu kaum kafir Quraiys menertawakan dakwah Rasulullah Saw? Semua berpulang kepada diri kita masing-masing. Wallahu'alam bishawab.
sumber: eramuslim.com
Tnda-Tanda Kiamat Sekarang
Kiamat adalah hal yang tidak bisa diramalkan oleh semua mahluk ciptaan Allah, namun Allah telah menerangkan akan adanya 10 tanda sebelum hari akhir atau hari kiamat tiba.
Daripada Huzaifah bin Asid Al-Ghifari ra. berkata: "Datang kepada kami Rasulullah saw. dan kami pada waktu itu sedang berbincang-bincang. Lalu beliau bersabda: Apa yang kamu perbincangkan? Kami menjawab: Kami sedang berbincang tentang hari qiamatâ€.Lalu Nabi saw. bersabda: Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga kamu melihat sebelumnya sepuluh macam tanda-tandanya. Kemudian beliau menyebutkannya: Asap, Dajjal, binatang, terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam alaihissalam, Ya'uj dan Ma'juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan yang ketiga di Semenanjung Arab yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia kepada Padang Mahsyar mereka."
H.R Muslim
Keterangan: Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:
- Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua orang kafir.
- Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan, hinggakan ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.
- Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
- Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya. Maka pada saat itu Allah swt. tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang berdosa.
- Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.
- Keluarnya bangsa Ya'juj dan Ma'juj yang akan membuat kerusakan dipermukaan bumi ini, yaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman dahulu.
- Gempa bumi di Timur
- Gempa bumi di Barat
- Gempa bumi di Semenanjung Arab
- Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman. (Apa ini bahaya Nuklir?)
Mengikut pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau mengatakan: Apa yang dapat dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan hadis-hadis Rasulullah Saw. bahwa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala petanda-petanda besar yang mengakibatkan perubahan besar yang berlaku dipermukaan bumi ini. Keadaan itu akan disudahi dengan kematian Nabi Isa alaihissalam (setelah belian turun dari langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merusakkan sistem alam cakrawala yang mana kejadian ini akan disudahi dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat itu. Barangkali keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari yang matahari pada waktu itu terbit dari tempat tenggelamnya.
sumber: misteridunia.wordpress.com
Senin, 19 September 2011
Kisah Cuci Otak NII
“Di negeri kafir semua tindakan dihalalkan, termasuk merampas, merampok, bahkan membunuh.”
Selain narkoba, ada satu musuh mahasiswa yang sangat berbahaya yaitu pengaruh ajaran kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Setidaknya, ini berdasarkan pengakuan mantan pengikut NII yang juga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Tikno.
Aktivis Jaringan Aksi Mahasiswa dan Pemuda Surabaya (JAMPS) ini mengaku pernah masuk perangkap kelompok pendukung Negara Islam Indonesia (NII) saat berkenalan dengan seniornya di kampus bernama Joko.
Joko, kata Tikno, sering menemuinya, kemudian berlanjut dengan diskusi soal keimanan di lingkungan kampus, terutama di perpustakaan. “Dan, itu selalu terjadi malam hari,” kata dia dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Selasa 26 April 2011.
Sekitar empat bulan, rutinitas pertemuan pun mengerucut pada tujuan ‘Dukung Gerakan Berdirinya NII’. Untuk menyamarkan sebutan NII, komunitas mahasiswa Tikno di era itu menyebut dengan kode N11 (N sebelas) untuk NII. “Itu cara kami menyebut NII.”
Saat itu, Joko dengan terang-terangan mengatakan semua pemimpin di negeri ini adalah kafir dan pendirian NII adalah bagian penting perjuangan untuk menuju kesempurnaan. “Di negeri kafir semua tindakan dihalalkan, termasuk merampas, merampok, bahkan membunuh untuk kepentingan NII.”
Persis yang dialami korban NII lainnya, doktrin ini dijejalkan kepada Tikno dan teman-teman lain yang mengikuti jalan itu. “Kepada saya, Joko mengatakan tidak ada gunanya beribadah. Karena NKRI yang saya tinggali masih kotor dan dihuni orang-orang kafir. Sambil menyitir kisah Nabi M
Tidak tanggung-tanggung, lanjut Tikno, Joko ketika itu telah membawahi sedikitnya 25 mahasiswa yang telah sepakat mewujudkan NII. “Sejak itu, pertemuan intens kami lakukan, seminggu tiga kali,” lanjutnya.
Tikno mengaku tidak bisa menghindar dari seniornya itu. Meski rumah kosnya jauh, Joko kerap menjemput dan mengajak ke tempat diskusi. “Tidak selalu ada kendaraan, dan kami kerap berjalan kaki menuju tempat diskusi,” lanjutnya.
Di lokasi tersebut, materi yang dijejalkan terkait keimanan termasuk motivasi jihad untuk menggapai surga. Akibatnya, Tikno mengaku sempat bingung dengan terpecahnya konsentrasi. Kuliah mahasiswa angkatan 1998 ini sempat kocar-kacir sampai cuti satu semester. “Dan kerap ditegur dosen.”
Meski mengaku sempat goyah karena gigihnya serangan gerilya NII, Tikno kemudian menemui senior lainnya di organisasi binaan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), yakni di JAMPS.
Namun, ia pun sempat kaget ternyata sejumlah kakak kelas di JAMPS menyarankan dan mendukung dirinya untuk terus berselancar di NII. “Ikuti terus, seberapa jauh upaya mereka [NII] merekrut kamu,” kisah Tikno menirukan ucapan sang senior.
Selain masalah keimanan, Tikno dan mahasiswa lainnya pun diminta mengumpulkan biaya untuk keperluan perjuangan, berupa infak amal ke kas NII. “Ada infak harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Katanya semua dosa harus ditebus dengan membayar sejumlah uang,” tambahnya.
Genap empat bulan, Tikno yang mengaku tidak betah akhirnya menantang. “Anda jangan desak saya lagi, saya telah keluar dari agama saya. Dan, saya tidak akan terpengaruh dengan ajakan anda. Saya telah pindah agama,” katanya menyiasati.
Sejak itu, Tikno pun pindah dari satu kamar kos ke lokasi kos lainnya. Puncaknya, ia menetap di sekretariat JAMPS tempatnya berorganisasi. Di lokasi itu ia merasa aman, karena pengikut NII itu tidak lagi berani mengejarnya. Laporan: Tudji Martudji | Surabaya – VIVAnews