Romário Bispo

Popular Posts

  • This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 11 Mei 2011

Muda Foya-Foya, Mati Masuk Surga?


Oleh: al-Akh al-Fadhil Muhammad Abduh Tuasikal
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Waktu muda, kata sebagian orang adalah waktu untuk hidup foya-foya, masa untuk bersenang-senang. Sebagian mereka mengatakan, “Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga.” Inilah guyonan sebagian pemuda. Bagaimana mungkin waktu muda foya-foya, tanpa amalan sholeh, lalu mati bisa masuk surga[?] Sungguh hal ini dapat kita katakan sangatlah mustahil. Untuk masuk surga pastilah ada sebab dan tidak mungkin hanya dengan foya-foya seperti itu. Semoga melalui risalah ini dapat membuat para pemuda sadar, sehingga mereka dapat memanfaatkan waktu mudanya dengan sebaik-baiknya. Hanya pada Allah-lah tempat kami bersandar dan berserah diri.
Wahai Pemuda, Hidup Di Dunia Hanyalah Sementara
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seorang sahabat yang tatkala itu berusia muda (berumur sekitar 12 tahun) yaitu Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. (Syarh Al Arba’in An Nawawiyah Syaikh Sholeh Alu Syaikh, 294). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundaknya lalu bersabda,
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ , أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
“Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)
Lihatlah nasehat yang sangat bagus sekali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat yang masih berusia belia.
Ath Thibiy mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan orang yang hidup di dunia ini dengan orang asing (al ghorib) yang tidak memiliki tempat berbaring dan tempat tinggal. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan lebih lagi yaitu memisalkan dengan pengembara. Orang asing dapat tinggal di negeri asing. Hal ini berbeda dengan seorang pengembara yang bermaksud menuju negeri yang jauh, di kanan kirinya terdapat lembah-lembah, akan ditemui tempat yang membinasakan, dia akan melewati padang pasir yang menyengsarakan dan juga terdapat perampok. Orang seperti ini tidaklah tinggal kecuali hanya sebentar sekali, sekejap mata.” (Dinukil dari Fathul Bariy, 18/224)
Negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah dunia dan negeri tujuannya adalah akhirat. Jadi, hadits ini mengingatkan kita dengan kematian sehingga kita jangan berpanjang angan-angan. Hadits ini juga mengingatkan kita supaya mempersiapkan diri untuk negeri akhirat dengan amal sholeh. (Lihat Fathul Qowil Matin)
Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu juga memberi petuah kepada kita,
ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ
“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad-)
Manfaatkanlah Waktu Muda, Sebelum Datang Waktu Tuamu
Lakukanlah lima hal sebelum terwujud lima hal yang lain. Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)
Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, maksudnya: “Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.”
Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, maksudnya: “Beramallah di waktu sehat, sebelum datang waktu yang menghalangi untuk beramal seperti di waktu sakit.”
Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, maksudnya: “Manfaatkanlah kesempatan (waktu luangmu) di dunia ini sebelum datang waktu sibukmu di akhirat nanti. Dan awal kehidupan akhirat adalah di alam kubur.”
Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, maksudnya: ”Bersedekahlah dengan kelebihan hartamu sebelum datang bencana yang dapat merusak harta tersebut, sehingga akhirnya engkau menjadi fakir di dunia maupun akhirat.”
Hidupmu sebelum datang kematianmu, maksudnya: “Lakukanlah sesuatu yang manfaat untuk kehidupan sesudah matimu, karena siapa pun yang mati, maka akan terputus amalannya.”
Al Munawi mengatakan,
فَهِذِهِ الخَمْسَةُ لَا يَعْرِفُ قَدْرَهَا إِلاَّ بَعْدَ زَوَالِهَا
“Lima hal ini (waktu muda, masa sehat masa luang, masa kaya dan waktu ketika hidup) barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah kelima hal tersebut hilang.” (At Taisir Bi Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 1/356)
Benarlah kata Al Munawi. Seseorang baru ingat kalau dia diberi nikmat sehat, ketika dia merasakan sakit. Dia baru ingat diberi kekayaan, setelah jatuh miskin. Dan dia baru ingat memiliki waktu semangat untuk beramal di masa muda, setelah dia nanti berada di usia senja yang sulit beramal. Penyesalan tidak ada gunanya jika seseorang hanya melewati masa tersebut dengan sia-sia.
Orang yang Beramal Di Waktu Muda Akan Bermanfaat Untuk Waktu Tuanya
Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul Azmi yaitu [1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun –tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam-, [2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam, [3] Negeri Mekah yang aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun berfirman,
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin [95] : 4-6)
Maksud ayat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ada empat pendapat. Di antara pendapat tersebut adalah “Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya sebagaimana di waktu muda yaitu masa kuat dan semangat untuk beramal.” Pendapat ini dipilh oleh ‘Ikrimah.
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”. Menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Ibrahim dan Qotadah, juga Adh Dhohak, yang dimaksudkan dengan bagian ayat ini adalah “dikembalikan ke masa tua renta setelah berada di usia muda, atau dikembalikan di masa-masa tidak semangat untuk beramal setelah sebelumnya berada di masa semangat untuk beramal”. Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melewati masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeda dengan masa muda.
An Nakho’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu dilakukan pada saat muda. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah (yang artinya): bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah (yang artinya), “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)
Begitu juga kita dapat melihat pada surat Ar Ruum ayat 54.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)
Ibnu Katsir mengatakan, “(Dalam ayat ini), Allah Ta’ala menceritakan mengenai fase kehidupan, tahap demi tahap. Awalnya adalah dari tanah, lalu berpindah ke fase nutfah, beralih ke fase ‘alaqoh (segumpal darah), lalu ke fase mudh-goh (segumpal daging), lalu berubah menjadi tulang yang dibalut daging. Setelah itu ditiupkanlah ruh, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil dan tidak begitu kuat. Kemudian si mungil tadi berkembang perlahan-lahan hingga menjadi seorang bocah kecil. Lalu berkembang lagi menjadi seorang pemuda, remaja. Inilah fase kekuatan setelah sebelumnya berada dalam keadaan lemah. Lalu setelah itu, dia menginjak fase dewasa (usia 30-50 tahun). Setelah itu dia akan melewati fase usia senja, dalam keadaan penuh uban. Inilah fase lemah setelah sebelumnya berada pada fase kuat. Pada fase inilah berkurangnya semangat dan kekuatan. Juga pada fase ini berkurang sifat lahiriyah maupun batin. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban”.” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim pada surat Ar Ruum ayat 54)
Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan.
Jika engkau masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia tua, baru aku akan beramal.
Daud Ath Tho’i mengatakan,
إنما الليل والنهار مراحل ينزلها الناس مرحلة مرحلة حتى ينتهي ذلك بهم إلى آخر سفرهم ، فإن استطعت أن تـُـقدِّم في كل مرحلة زاداً لما بين يديها فافعل ، فإن انقطاع السفر عن قريب ما هو ، والأمر أعجل من ذلك ، فتزوّد لسفرك ، واقض ما أنت قاض من أمرك ، فكأنك بالأمر قد بَغَـتـَـك
“Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tetapi ingat, kematian itu datangnya tiba-tiba.” (Kam Madho Min ‘Umrika?, Syaikh Abdurrahman As Suhaim)
Semoga maksud kami dalam tulisan ini sama dengan perkataan Nabi Syu’aib,
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud [11] : 88)
Semoga Allah memperbaiki keadaan segenap pemuda yang membaca risalah ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala wa alihi wa shohbihi wa sallam. [Muhammad Abduh Tuasikal]
http://buletin.muslim.or.id
Share:

Selasa, 10 Mei 2011

Bangga, "AKU SEORANG MUSLIM"



Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah. Amma ba’du. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan kepada-Nya. Dan janganlah kamu meninggal kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali Imran : 102).

Menjadi muslim merupakan kebahagiaan, bagaimana tidak? Sebab dengan memeluk Islam kita bisa merasakan nikmatnya hidayah. Tahukah anda seberapa besar keagungan nikmat ini?

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah menganugerahkan kepada orang-orang yang beriman yaitu ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah), padahal sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran : 164).

Seorang ahli tafsir kontemporer kenamaan Syaikh As-Sa’di rahimahullah (semoga Allah merahmatinya) mengatakan, “Nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya ini merupakan nikmat yang terbesar, bahkan itulah pokok seluruh kenikmatan yang ada; yaitu karunia kepada mereka dengan diutusnya Rasul yang mulia ini yang dengan perantara (dakwah)nya Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan dan menjaga mereka dari kehancuran…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 155).

Ketika menguraikan ayat di atas, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri hafizhahullah (semoga Allah menjaganya) mengatakan bahwa salah satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari ayat ini adalah, “Islam merupakan kenikmatan yang paling agung dan paling mulia bagi umat Islam, maka wajib untuk mensyukurinya dengan mengamalkan (ajaran)nya serta mengikatkan diri dengan aturan syari’at dan hukum-hukum-Nya.” (Aisar At-Tafasir, Makt. Asy-Syamilah).


Maka menjadi seorang muslim adalah sebuah kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan kenikmatannya, karena betapa agungnya nikmat ini. Inilah kenikmatan yang membuat para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum rela mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan nyawa mereka untuk berjihad di jalan-Nya. Dahulu ketika belum mengenal Islam, ada di antara mereka yang begitu benci kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun setelah mereka mengenal kebenaran Islam maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berubah menjadi manusia di atas muka bumi ini yang paling mereka cintai. Ini bukan dongeng atau khayalan. Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu mengatakan -setelah masuk Islam- bahwa dulu (di masa jahiliyah) tidak ada orang yang lebih dia benci daripada beliau (Nabi) namun tatkala sudah masuk Islam maka tidak ada lagi orang yang lebih dia cintai daripada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat Kitab At-Tauhid li Shaffits Tsalits Al-’Ali, hal. 66).

Oleh sebab itu merupakan sebuah keburukan dan tindakan yang amat ceroboh tatkala banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan nikmat ini, bahkan menelantarkannya. Benarkah demikian? Lihatlah di sekeliling anda, berapa banyak kaum muslimin yang hidup di negeri ini; 100 juta lebih bukan? Jutaan manusia mengucapkan la ilaha illallah namun banyak di antara mereka yang belum mengerti kandungan kalimat syahadat yang agung ini. Apa buktinya? Lihatlah; berapa banyak di antara mereka yang masih sering berdoa di kubur-kubur wali dengan tujuan untuk bertawassul kepada mereka, berapa banyak di antara mereka yang masih percaya dengan dukun dan paranormal, berapa banyak di antara mereka yang meremehkan masalah syirik dan menganggap dakwah tauhid sudah ketinggalan jaman…. Cermatilah kenyataan yang pahit ini, niscaya anda akan mengerti bahwa kenikmatan Islam yang Allah anugerahkan kepada anda merupakan kenikmatan yang tiada tara.

Maka tidak semestinya seorang muslim merasa rendah diri di hadapan orang-orang kafir yang konon katanya telah mengalami kemajuan teknologi yang ‘sundul langit’ (mencapai langit, istilah orang Jawa, saya sering mendengar kata-kata ini dari ceramah ustadz Afifi hafizhahullah). Namun hendaknya dia merasa bangga dan mulia dengan keislamannya. Bergembiralah saudaraku dengan nikmat Islam yang Allah berikan kepadamu! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; dengan keutamaan Allah dan dengan rahmat-Nya, maka dengan itu semua hendaknya mereka merasa bergembira. Hal itu lebih baik daripada apa yang mereka (orang-orang kafir) kumpulkan.” (QS. Yunus : 58).

Semoga Allah menambahkan kenikmatan ini kepada saya dan anda. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Sumber: http://abumushlih.com
Share:

Selasa, 03 Mei 2011

"Kesebelasan" yang Merugi


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Berikut ini, sebelas karakter yang menjerumuskan manusia ke dalam kerugian. Semoga Allah menyelamatkan kita darinya.
[1] Memeluk agama selain Islam
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya dan di akherat kelak dia pasti termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran: 85). Hakekat dari ajaran agama Islam adalah; berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, patuh kepadanya dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri dari segala bentuk syirik dan pelakunya (lihat at-Tauhid al-Muyassar, hal. 30)
[2] Murtad dari agama Islam
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa kafir setelah beriman maka sungguh sia-sia amal mereka dan di akherat dia termasuk golongan orang-orang yang merugi.”(QS. al-Ma’idah: 5). Kemurtadan bisa dibagi menjadi tiga bentuk; [1] Keyakinan, seperti halnya menghalalkan sesuatu yang jelas-jelas haram dalam agama dan telah dimengerti dengan gamblang oleh setiap orang misalnya menghalalkan zina dan minum khamr. [2] Perbuatan, seperti halnya bersujud kepada makhluk, melempar mushaf al-Qur’an secara sengaja ke dalam comberan, dsb. [3] Ucapan, seperti halnya mengolok-olok adanya surga dan neraka, atau mengatakan bahwa dia tidak puas dengan hukum-hukum syari’at, dsb. (lihat Matn al-Ghayah wa at-Taqrib ta’liq Majid al-Hamawi, hal. 310-311)
[3] Berbuat syirik
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan nabi-nabi sebelummu; bahwa jika kamu berbuat syirik niscaya akan terhapus seluruh amalmu dan kelak kamu pasti termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar: 65). Syirik terbagi 2; akbar dan ashghar. Syirik akbar; mengeluarkan dari agama, pelakunya -jika meninggal dan tidak bertaubat- maka kekal di neraka, menghapuskan semua amalan, menyebabkan bolehnya menumpahkan darah dan mengambil hartanya. Syirik ashghar; tidak mengeluarkan dari agama, apabila pelakunya masuk neraka maka tidak kekal, tidak menghapuskan semua amalan namun hanya amalan yang tercampurinya, tidak menyebabkan bolehnya menumpahkan darah atau mengambil hartanya (lihat at-Tauhid al-Muyassar, hal. 20)
[4] Lemah iman dan tidak berpendirian
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi, maka jika dia memperoleh kebaikan (kesenangan dunia) dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan (musibah) dia berbalik ke belakang (murtad). Dia rugi di dunia dan di akherat. Itulah kerugian yang nyata.” (QS. al-Hajj: 11). Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah; diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, diamalkan dengan anggota badan, bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan (lihat at-Tauhid al-Muyassar, hal. 45). Iman itu bercabang-cabang dan berbeda-beda tingkatannya, ada di antaranya jika ditinggalkan menyebabkan kekafiran, ada yang jika ditinggalkan menyebabkan dosa besar atau kecil, dan ada pula yang jika ditinggalkan menyebabkan tersia-siakannya pahala (lihat Mujmal Masa’il Iman, hal. 14)
[5] Tidak beramal salih dan tidak berdakwah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya semua orang benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3). Mutharrif bin Abdullah berkata, “Baiknya hati adalah dengan baiknya amalan. Adapun baiknya amalan adalah dengan baiknya niat.” Ibnul Mubarak berkata,“Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niatnya, dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil karena niatnya.” Ibnu ‘Ajlan berkata, “Amal tidak akan baik kecuali dengan tiga hal; ketakwaan kepada Allah, niat yang baik, dan benar/sesuai tuntunan.”Fudhail bin Iyadh berkata, “Sesungguhnya amalan jika ikhlas namun tidak benar maka tidak akan diterima. Demikian pula apabila amalan itu benar tapi tidak ikhlas juga tidak diterima sampai ia ikhlas dan benar. Ikhlas itu jika diperuntukkan bagi Allah, sedangkan benar jika berada di atas Sunnah/tuntunan.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 19). Dakwah juga termasuk bagian dari amal ibadah, sehingga harus ikhlas dan sesuai tuntunan (lihat al-Hujaj al-Qawiyyah, hal. 11)
[6] Mendustakan perjumpaan dengan Allah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh merugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah. Sehingga apabila kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, maka mereka berkata; ‘Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu.’ Sementara mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu.” (QS. al-An’aam: 31). Barangsiapa yang mendustakan hari kebangkitan maka dia telah kafir (lihat QS. At-Taghabun: 7).
[7] Menentang ayat-ayat Allah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “(dan) barangsiapa yang ringan timbangan kebaikannya (karena timbangan keburukan/dosanya lebih berat), maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. al-A’raaf: 9)
[8] Mengangkat setan sebagai pelindung
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menjadikan syaitan sebagai wali/pelindung maka sesungguhnya dia telah menderita kerugian yang sangat nyata.”(QS. an-Nisaa’: 119). Bagaimana musuh justru dijadikan teman? Sementara Allah ta’alaberfirman mengisahkan ucapan Iblis sang pemuka syaithan (yang artinya), “Karena Engkau telah menetapkan aku sesat, pasti aku akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian aku pasti akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. al-A’raaf: 16-17). Gangguan Iblis ‘dari arah kiri’, menurut penafsiran sebagian ulama dimaknakan dengan kemaksiatan yang diperintahkan dan dianjurkan Iblis yang dihias-hiasi olehnya supaya tampak indah dan menarik (lihat Ighatsat al-Lahfan, hal. 137).
[9] Berbuat kerusakan di bumi
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “(orang fasik yaitu) orang-orang yang melenggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu diteguhkan dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. al-Baqarah: 27). Melakukan kemaksiatan adalah bentuk dari berbuat kerusakan di bumi (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 48).
[10] Merasa aman dari makar Allah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka merasa aman dari makar Allah, tidak ada yang merasa aman dari makar Allah selain orang-orang yang merugi.” (QS. al-A’raaf: 99). Merasa aman dari makar Allah tergolong dosa besar yang sangat besar karena ia bertolak belakang dengan nilai-nilai tauhid. Termasuk bentuk merasa aman dari makar Allah adalah terus bertahan di atas kemaksiatan namun mengangankan ampunan Allah (lihat Fath al-Majid, hal. 346-347)
[11] Bergabung dengan hizbu syaithan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah bahwa sesungguhnya hizb syaithan itulah orang-orang yang merugi.” (QS. al-Mujadilah: 19). Termasuk dalam golonganhizb syaithan adalah kaum munafikin yang memberikan loyalitas kepada orang kafir (lihatTaisir al-Karim ar-Rahman, hal. 847)
Sumber: www.abumushlih.com
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Moeslem's Flag

Sample Text

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

أشهد أن لا إله إلاَّ الله و أشهد أن محمد رسول الله

Aku bersaksi, sesungguhnya tiada tuhan yang berhak di sembah selain Allah dan aku bersaksi, Sesungguhnya nabi Muhammad itu Rasul Allah

Saudaraku…

Selamat datang di Blog kami, Blog yang sengaja saya buat untuk dakwah semata. Blog ini berisi catatan hal ikhwal sebagai seorang muslim. Jika ingin mengetahui debat kebenaran antara orang Islam Vs Nasrani, kajian Kristology dan wawasan ke islaman maka dapat dilihat (klik) semua kebenarannya DISINI. Pada alamat tersebut dikaji secara mendalam berbagai hal yang mana umat chritiany berusaha menyudutkan umat muslim namun terbantahkan semua. Termasuk di dalamnya ada pula tentang Kyai Bahaudin Mudhary, H.S. Munir SKM. MPH., H. Insan LS Mokoginta, M. Quraish Shihab beserta biografi kehidupan beliau. Sebagian ebook dari Cristology ini saya dapatkan dari pakdenono, silahkan kunjungi websitenya jika anda ingin mendapatkan ebook nya

Semoga iman kita bertambah, dan bagi kaum nasrani semoga mendapatkan hidayah Dari Allah SWT, amien

Selamat membaca dan semoga bermanfaat

Salam hangat dari saya

Noershamy

Facebook

Populares

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support